Sonntag, Oktober 11, 2009

Langkah menuju sukses

Siapa itu Indonesia

“Menurut teori Darwin, pada zaman dahulu, ada jerapah yang berleher pendek dan ada yang beleher panjang. Hanya jerapah berleher panjang yang dapat mencapai daun di tempat yang tinggi. Jerapah yang berleher pendek tidak mendapat makanan dan akhirnya mati. Dengan demikian, jerapah yang berleher pendek tidak lolos seleksi alam, sedangkan jerapah berleher panjang tetap lestari.”

Abad 21 yang dihadapi bangsa-bangsa di dunia saat ini tak ubahnya seperti lingkungan yang dihadapi jerapah di atas. Bagi bangsa yang tak mampu menyesuaikan diri, maka dapat disimpulkan akan punah atau tertinggal. Ada persaingan di dalamnya, menjadikan tantangan bagi semua bangsa, termasuk Indonesia.

Namun bangsa Indonesia bukanlah seperti hewan, bukan seperti jerapah diatas yang tak memiliki akal yang tak bisa berkembang. Indonesia memiliki banyak potensi yang tersembunyi yang dapat dijadikan senjata agar dapat bertahan di abad 21 ini. Memiliki sumber daya manusia yang potensial dengan jumlah penduduknya yang besar.

Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus mulai berubah dari sekarang. Apa-apa yang telah ada pada bangsa Indonesia contohnya budaya, harus dipertahankan, tetap dijaga kemurniannya. Harus ada sesuatu hal yang membuat Indonesia unik, unggul dan menonjol dari negara lain. Harus ada hal yang dibanggakan agar Indonesia tidak merasa minder dalam persaingan abad 21 ini. Dan hal itu terletak pada budaya kita.

Fokus yang saya ambil dalam karya tulis saya ini yaitu pada pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan budaya Indonesia. Perubahan muka Indonesia sangat ditentukan oleh manusia di dalamnya. Pengembangan SDM meliputi proses pembentukan dan pembinaan. Bukan hanya masalah material, tetapi juga spiritual atau kerohanian. Mengapa? Karena masalah-masalah yang terjadi akhir-akhir ini, kebanyakan disebabkan oleh rapuhnya kerohanian masyarakat Indonesia. Seperti korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan lain sebagainya. Masalah material berhubungan dengan proses memberikan pengetahuan dan ketrampilan yang berorientasi global kepada masyarakat.

Pembinaan meliputi proses mengarahkan masyarakat Indonesia agar menjadi bagian masyarakat dunia. Masyarakat yang memiliki wawasan yang luas, terbuka, tanggap, pekerja keras, memiliki etos kerja yang baik, dan lain sebagainya.

Sedangkan masalah budaya difokuskan pada usaha mengembalikan budaya (termasuk adat istiadat, norma-norma, dan lain-lain) ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Sehingga budaya bukan hanya berupa nama-nama tetapi terlihat dalam bentuk penerapan di dalam masyarakat.

Bila hal itu sudah tercapai, maka usaha-usaha pelestarian budaya tidak diperlukan lagi, karena masyarakat Indonesia sudah sadar dengan sendirinya, menerapkan budaya tersebut dalam kehidupan sehari-hari sekaligus akan mentransfer ke generasi keturunan mereka selanjutnya.

Adanya konflik pencurian budaya, seperti yang terjadi belum lama ini, merupakan akibat dari semakin hilangnya nilai-nilai budaya di tengah-tengah kita. Bisa diakibatkan karena masyarakat semakin acuh terhadap budayanya mereka sendiri. Sebagai contoh anak-anak sekarang lebih suka bermain playstation dan alat elektronik modern lainnya, dibandingkan bermain congklak, mengenal wayang dan permainan tradisional lainnya. Budaya tradisional tersebut sebenarnya ada, tetapi karena sikap tak acuh tersebut akhirnya tergantikan posisinya oleh budaya dari luar.

Di lain sisi, mungkin karena budaya tersebut telah benar-benar menghilang dari kehidupan kita karena proses sosialisasi yang tidak baik dari generasi sebelumnya. Generasi-generasi muda Indonesia saat ini telah banyak yang lupa terhadap kebudayaan bangsanya sendiri bahkan lebih membanggakan kebudayaan bangsa lain. Sungguh ironis sekali, bangsa Indonesia yang mempunyai semboyan ”Bhinneka Tunggal Ika” ini terkadang merasa malu untuk mengembangkan budayanya sendiri bahkan menjadikan budaya luar sebagai suatu pedoman dalam hidupnya. Sebagai contoh, anak-anak kecil pada saat ini jarang sekali yang mengenal lagu-lagu daerah. Padahal sekolah telah memberikan pelajaran mengenai lagu daerah, tetapi kurangnya antusias terhadap lagu daerah tersebut membuat mereka lebih melirik lagu-lagu di luar lagu daerah. Seharusnya kita merasa bangga memilikinya, negara lain saja pernah mengklaim beberapa lagu daerah kita. Sudah saatnya kita hati-hati terhadap budaya-budaya yang kita miliki. Dikarenakan selain budaya itu ada kemungkinan punah di keseharian kita sebagai bangsa Indonesia, ada pula faktor yang lebih berbahaya, budaya Indonesia diakui negara lain. Akan merasa betapa malu dan kaget bila kita suatu saat melihat budaya yang mencirikan kebiasaan-kebiasaan yang kita lakukan ternyata diakui bangsa lain sebagai kebudayaan mereka. Ibu pertiwi pasti menangis dan sangat bersedih. Sebelum itu terjadi, kita harus mengantisipasinya dengan berbagai cara yang mungkin dilakukan.

Mengapa kita tidak mematenkan budaya? Indonesia yang kaya akan beragam kekayaan baik dari alam dan budaya harus mempunyai pikiran untuk memberi ”Hak Paten” bagi kekayaannya itu. Ini dilakukan sebagai rasa cinta dan syukur terhadap Tanah Air yang didalamnya terdapat kekayaan yang harus kita jaga dan lindungi. Pakaian, makanan, adat adalah contoh beberapa hal yang harus kita patenkan. Karena budaya dan masyarakat kita yang beragam memang akan sulit untuk melakukannya, tetapi bukan berarti itu menjadikan sebagai hal yang mustahil. Khususnya, pemerintah membutuhkan kerjasama masyarakat untuk mengatasi hal ini. Diperlukan korelasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat agar tercipta suatu kesatuan yang kokoh agar negara Indonesia yang kaya ini dapat berjalan menjadi ’SATU’.

Menanamkan dasar-dasar negara Republik Indonesia terhadap warga Indonesia merupakan hal yang harus dilakukan sejak dini. Berdasarkan hasil tanya-jawab tentang Pancasila, hanya 4 dari 10 orang yang dapat menjawab dengan tepat. Lalu sisanya ada yang tidak tahu, lupa dan cuek. Keenam sisanya menjelaskan tanpa sedikitpun terdapat rasa malu dalam diri mereka. Mengapa ini bisa terjadi? Apa bangsa Indonesia sudah lupa tentang jatidiri siapa mereka sesungguhnya? Indonesia dahulu terkenal sebagai bangsa yang berbudi pekerti luhur. Pengaruh budaya luar memberikan dampak yang sangat besar baik bagi kemajuan dan kemunduran bagi bangsa Indonesia. Dikatakan kemajuan, budaya luar memberikan pengetahuan baru yang Indonesia belum mampu sebagai pionir dalam hal tersebut. Kemunduran? Seperti yang kita tahu dan rasakan, selain pengaruh baik tentu terdapat juga pengaruh buruk yang diberikan budaya luar. Seks bebas merupakan salah satu contoh pengaruh buruk. Ini sangat kontras sekali dengan norma sosial yang kita anut. Kita sebagai bangsa Indonesia masih belum bisa menyaring apa-apa yang baik atau buruk dari budaya luar. Masih menerima bulat apapun yang berasal dari luar negeri dan bahayanya lagi menganggap itu lebih baik dari yang kita miliki saat ini. Hal inilah yang membuat Indonesia tidak dapat berdiri stabil karena masih sebagian besar masyarakatnya belum mempunyai pendirian yang kuat dalam hidup.

Solusi untuk menangani masalah ini sangat bervariatif. Terlebih dahulu harus memfokuskan terhadap masalah pedoman hidup bangsa ini. Pancasila dan norma-norma yang ada harus ditanamkan secara kuat ke dalam diri setiap orang di Indonesia. Baik itu melalui pendidikan formal maupun informal, formal melalui pelajaran-pelajaran yang diberikan dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah atau informal melalui nasehat yang biasanya diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Apabila hal ini berjalan lancar, di belahan dunia manapun bangsa Indonesia berada, mereka tidak akan lupa dengan siapa mereka sebenarnya. Di dalam jiwa masyarakat akan tertanam Pancasila yang pada akhirnya akan membuat bangsa dan negara Indonesia maju di segala bidang serta mampu mengikuti perkembangan dunia global dengan baik dan kompeten.

Indonesia adalah negara yang madani dan mumpuni di abad 21 ini, sangat banyak sekali potensi yang bisa digali. Oleh sebab itu, janganlah sia-siakan negara yang merdeka ini, sebagai bangsa Indonesia kita harus mempunyai visi dan misi yang jelas guna membangun Indonesia Jaya.

The End

Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen